Rabu, 28 Januari 2015

KONDISI FISIK SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA

0

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masyarakat Desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.
Adapun ciri yang menonjol pada masyarakat desa  pada umumnya kehidupannya tergantung pada alam (bercocok tanam), anggotanya saling mengenal, sifat gotong royong, erat penduduknya, sedikit perbedaan penghayatan dalam kehidupan religi lebih kuat. Karakteristik masyarakat desa dapat ditinjau dari segi geografis, sosiologis, dan antroplogis, yang di dalamnya memiliki cirri tertentu.
Dari tinjauan geografis, desa dapat dilihat sebagai suatu wujud kenampakkan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur-unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah yang lain. Kemudian dari tinjauan sosiologis dapat dilihat dari stratifikasi sosial, diferensiasi sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial, solidaritas sosial, kontrol sosial. Sedangkan dari tinjauan antropologi dapat dilihat dari kebudayaan masyarakat desa.

B.      Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Masyarakat Desa ?
2.      Bagaimana karakteristik Masyarakat Desa ?
3.      Bagaimana tipologi Masyarakat Desa ?
4.      Bagaimana karakteristik masyarakat desa dilihat dari tinjauan geografis ?
5.      Bagaimana karakteristik Masyarakat Desa dilihat dari tinjauan sosiologis ?
6.      Bagaimana karakteristik Masyarakat Desa dilihat dari tinjauan antropologi ?
7.      Bagaimana kondisi sosial budaya Masyarakat Desa ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian masyarakat desa.
2.      Mengetahui karakteristik masyarakat desa.
3.      Mengetahui tipologi masyarakat desa.
4.      Mengetahui ciri-ciri Masyarakat Desa dilihat dari tinjauan geografis.
5.      Mengetahui ciri-ciri Masyarakat Desa dilihat dari tinjauan sosiologis.
6.      Mengetahui ciri-ciri Masyarakat Desa dilihat dari tinjauan antropologi.
7.      Mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat desa.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Masyarakat Desa
Desa menurut R. Bintarto (1983) adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Dari hasil perpaduan itu adalah suatu wujud kenampakkan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsure-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure-unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah yang lain.
Selain itu, Bintarto (1977:10) juga membedakan pengertian desa berdasarkan artian umum, yaitu desa sebagai unit – unit pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak jauh dari kota dan desa dan desa dalam artian administratif, yaitu desa sebagai kesatuan administratif yang dikenal dengan istilah kelurahan, karena pimpinan desanya adalah lurah.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo (1953) desa ialah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa menadakan pemerintahan sendiri.
Dengan demikian, desa dapat dikatakan sebagai kesatuan wilayah yang berpenduduk, berpenghasilan, berpemerintahan sendiri dan beralokasi jauh dari pusat pemerintahan tingkat pusat. Meskipun unsur-unsur tersebut tidak selalu pasti, tetapi kenyataan di Indonesia menunjukkan kecenderungan ke arah itu, mengingat di tingkat Ibu Kota Kabupaten, Ibu Kota Provinsi, dan Ibu Kota Negara tidak terdapat di desa.

B.     Karakteristik Masyarakat Desa
Karakteristik desa adalah cirikhas yang melekat pada unsur – unsur desa, yang memberikan kekhususan dan perbedaannya, sehingga merupakan ciri yang melekat pada istilah yang disebut Desa. Karakteristik desa yang dikemukakan oleh Roucek & Warren (1963:78) sebagai berikut:
1.         Masyarakat desa memiliki sifat yang homogen dalam hal mata pencaharian, nilai – nilai dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku.
2.         Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya semua anggota keluarga turut bersama terlibat dalam kegiatan mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga.
3.         Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya keterkaitan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya.
4.         Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada kota, serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar dan banyak.
Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di pedesaan dapat dilihat dari beberapa karakteristik yang mereka miliki. Karakteistik tersebut adalah :
1.      Sistem kehidupan yang ada pada umumnya berkelompok danagn dasar kekeluargaan.
2.      Masyarakat bersifat homogen (seragam), seperti dalam hal mata pencaharian, agama, tata pengaturan sosial, dan adat istiadat.
3.      Hubungan antarwarga desa terjalin lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan hubungan mereka dengan masyarakat lainnya diluar batas wilayah desanya.
4.      Mata pencaharian utama penduduk umumnya adlah bertani.
5.      Kontrol sosial ditentukan oleh nilai moral dan hukum internal (hukum adat).
6.      Penduduk desa kebanyakan berpendidikan rendah.

C.    Tipologi Masyarakat Desa
Tipologi dari masyarakat desa akan secara mudah diketahui jika dihubungkan dengan kegiatan pokok yang ditekuni guna memenuhi kebutuhan hidup sehari – sehari, anatara lain :
1.      Tipologi Desa dilihat dari Sistem Ikatan Kekerabatan
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklah ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
a.         Tipe desa geneologis, yaitu suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.
b.         Tipe desa teritorial, yaitu suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.
c.         Tipe desa campuran, yaitu suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.

2.      Tipologi Desa dilihat dari Hamparan Wilayah
Berdasarkan hamparan wilayahnya, maka desa dapat diklasifikasikan atas desa pedalaman dan desa pantai/pesisir.
a.       Desa pedalaman adalah desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.
b.       Desa pantai adalah desa-desa yang tersebar di berbagai kawasan pesisir dan di pulau-pulau kecil yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan dan hasil laut, dan sebagian juga penduduknya sebagai petani subsistensi.

3.        Tipologi Desa dilihat dari Pola Pemukiman
Menurut Paul Landis (1948 :17) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:
a.       Farm village type, yaitu suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat dengan sawah ladang yang berada di sekitar tempat mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
b.      Nebulous farm village type, yaitu suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan sebagian lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut bersama sawah ladangnya.
c.        Arranged isolated farm type, yaitu suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan yang menghubungkan dengan pusat perdagangan (trade center) dan selebihnya adalah sawah ladang mereka.
d.       Pure isolated farm type, yaitu suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah ladang mereka masing-masing.

4.      Tipologi Desa Berdasarkan Mata Pencaharian
Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.


a.       Desa pertanian terdiri atas:
1)      Desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering.
2)      Desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.
b.      Desa industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

5.      Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya
Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:
a.       Pra desa (desa tradisional)
Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat terpencil, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini cenderung bersifat sementara.
b.      Desa swadaya
Desa ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisional, dalam artian masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Susunan kelas dalam masyarakat masih bersifat vertikal dan statis, serta kedudukan seseorang dinilai menurut keturunan dan luasnya pemilikan tanah.
c.       Desa swakarya
Keadaan desa ini sudah mulai disentuh oleh anasir-anasir (unsur) dari luar berupa adanya pembaharuan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyarakat. Benih-benih demokrasi dalam pem-bangunan sudah mulai tumbuh, karya dan jasa serta keterampilan mulai menjadi ukuran dalam penilaian, bukan lagi semata-mata pada keturunan dan luas pemilikan tanah, mobilitas sosial baik vertikal maupun horizontal mulai ada.
d.      Desa swasembada
Masyarakat telah maju, sudah mengenal mekanisasi pertanian, mulai menggunakan ilmiah, unsur partisipasi masyarakat sudah efektif, norma-norma penilaian sosial selalu dihubungkan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sudah terdapat golongan pengusaha yang berani mengambil resiko dalam menanam modal (interpreneur).

D.    Masyarakat Desa dilihat dari Tinjauan Geografis
Menurut R. Bintarto (1983) desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Dari hasil perpaduan itu adalah suatu wujud kenampakkan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure-unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah yang lain. Potensi Fisis Desa berupa tanah, air, ternak, dan iklim merupakan peranan penting bagi desa agraris.
Kalau kita amati kepadatan di daerah pedesaan, tempat tinggal penduduk biasanya terkonsentrasi  pada satu perumahan -  perumahan yang dikelilingi oleh tanah – tanah pertanian. Aktivitas – aktivitas pertanian mengharuskan para petani bekerja diluar rumah dan petani secara langsung terpengaruh oleh cuaca.
Pola persebaran desa dan pemusatan penduduk desa sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah, tata air, topografi, dan ketersediaan sumber daya alam yang terdapat di desa tersebut. Ada tiga pola penyebaran desa dalam hubungannya dengan bentang alamnya, yaitu sebagai berikut :
a.       Pola Terpusat
Pola terpusat memiliki ciri permukaan desa saling menggerombol atau mengelompok. Jarak tanah garapan untuk pertanian relatif jauh dari lokasi rumah penduduk.
b.      Pola Tersebar
Pola tersebar memiliki ciri pemukiman penduduk menyebar di daerah pertaniannya. Antara perumahan satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jalur– jalur lalu lintas untuk keperluan bidang perdagangan. Pola tersebar biasanya terletak di daerah yang homogen tetapi kesuburan tanah tidak merata.
c.       Pola Memanjang
 Pola memanjang memiliki ciri pemukiman berupa deretan memanjang. Kanan kiri pemukiman adalah jalan, jalur sungai, dan daerah pantai.

E.     Masyarakat Desa dilihat dari Tinjauan Sosiologis
Dalam kajiannya, pengertian desa mestilah dibedakan antara rural dan village. Rural lebih bermakna sebagai perdesaan dengan ciri – ciri khas pada karateristik masyarakat, sedangkan makna village sebagai suatu unit territorial. Dengan demikian, suatu perdesaan (rural) dapat mencakup satu desa (village) atau sejumlah desa.
1.      Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial sangat dipengaruhi oleh banyaknya kelompok sosial yang ada. Jumlah kelompok sosial di perdesaan sendiri tidak sebanyak dan sekompleks masyarakat perkotaan, karena homogenitas masyarakat desa. Daerah pedesaan pada dasarnya adalah homogen. Dan hampir semua penduduknya mempunyai keseragaman dalam bidang pekerjaan, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena faktor generasi yang turun-temurun tinggal desa tersebut.
Diferensiasi sosial pada masyarakat desa tidak begitu besar, karena adanya heterogenitas sehingga hubungan antara individu dengan masyarakat  sangat dekat. Penduduk pedesaan mempunyai ikatan erat, karena struktur masyarakatnya yang sedemikian rupa sehingga membuat perbedaan – perbedaan di antara mereka tidak brgitu besar. Satu hal yang paling penting bahwa mereka tidak berasal dari latar belakang yang berbeda – beda.
2.Stratifikasi Sosial
Terdapat empat perbedaan pokok di antara piramida sosial yang ada di pedesaan dengan di perkotaan, yaitu :
a.       Jumlah kelas sosial di pedesaan lebih sedikit, dari pada di perkotaan.
b.       Perbedaan kelas social yang satu dengan yang lain di pedesaan tidak begitu besar.
c.       Jarak kelas sosial di perdesaan cenderung kecil di bandingkan di perkotaan.
d.      Prinsip kasta di perkotaan tidaklah selaku seperti di pedesaan.
3.Mobilitas Sosial
Banyaknya variasi dalam profesi mempermudah penduduk kota untuk berpindah status dari status satu ke status yang lain. Di pedesaan perpindahan status sangat jarang terlihat. Disamping tidak adanya variasi lapangan pekerjaan atau tingkatan status yang akan mereka capai, sikap dan keinginan mereka pindah profesi kelihantannya sangat kecil. Mobilitas yang terjadi di pedesaan lebih sering berbentuk mobilitas horizontal dalam arti lain, mobilitas yang tidak memberikan peningkatan dalam strata sosial yang ada.
4.Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan dasar bagi terjadianya proses – proses sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok manusia, dan antara perorangan dengan kelompok.Proses interaksi masyarakat desa sangat berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan ini tentu disebabkan oleh faktor – faktor yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku interaksi sosial dari kedua kelompok masyarakat.  Hal itu disebutkan oleh Sorokin dan Zimmerman (Smith, T. Lynn, 1951:56):
         Area kontak bagi masyarakat desa lebih sempit dan terbatas dibanding kota.
         Totalitas interaksi yang dilakukan masyarakat desa lebih bersifat langsung dibanding masyarakat kota.
         Kontak di perdesaan lebih personal dibanding kota yang impersonal.
         Kontak sosial di perdesaan bersifat permanen, erat, dan bertahan lama dibanding kota.
  Interaksi masyarakat perdesaan kurang terdiferensiasi dan kompleks disbanding masyarakat kota.
5.Solidaritas Sosial
Pada masyarakat pedesaan, kesatuan di dasrakan atas persamaan – persamaan – persamaan, yaitu kesatuan yang dihasilkan dari sifat – sifat atau ciri –ciri sama, tujuan – tujuan yang sama, pengalaman – pengalaman yang relatif sama dan dilandasi hubungan yang bersifat informal dan terikat kontrak..Solidaritas sosial di masyarakat perdesaan lebih kepada solidaritas mekanis, karena dilandasi oleh sifat serta cirri-ciri yang sama, tujuan, serta pengalaman yang sama. Hal tersebut diikuti oleh hubungan informal dan tidak terikat kontrak.
Kadar solidaritas ditentukan oleh jumlah faktor yang terkumpul, yang menjadi landdasan terciptanya integrasi. Semakin banyak faktor yang kumpul semakin tinggi solidaritas kelompok. Unsur – unsur tersebut berupa marga, pernikahan, persamaan agama, persamaan bahasa dan adat, kesamaan tanah, wilayah, tanggung jawab atas pekerjaan yang sama dan dalam mempertahankan ketertiban, ekonomi, atasan yang sama, ikatan kepada lembaga yang sama, pertahanan bersama, bantuan bersama – sama dan pengalaman, tindakan, dan kehidupan bersama (Soesanto, 1977:135).
6.      Kontrol Sosial
Kontrol sosial merupakan suatua proses yang bertujuan untuk mendisiplinkan para anggota kelompok dan menghindarkan atu membatasi adanya penyelewengan – penyelewengan dari norma – norma kelompok
Pada masyarakat perdesaan, kontrol sosial masih cukup besar. Di perdesaan orang lebih banyak bertindak sesuai keinginan orang banyak atau kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi. Kontrol sosial tersebut dapat berjalan efektif karena hubungan yang erat satu sama lain dan bersifat personal.

F.     Masyarakat Desa dilihat dari Antropologi
1.      Pola kebudayaan Desa
a.       Interaksi antar warga pedesaan lebih erat bila dibandingkan antara warga desa yang satu dengan warga desa yang lain
b.      Perhatian utama adalah pemenuhan hidup
c.       Sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan
d.      Mata pencaharian utama Pertanian (earth bound):
2.      Implementasi teori kebudayaan para ahli terhadap masyarakat desa
·         Implementasi teori solidaritas Emile Durkheim terhadap kebudayaan masyarakat desa.
Sebagian besar masyarakat desa masih memelihara nilai – nilai gotong royong, tolong – menolong, semangat kebersamaan, serta rasa kesatuan yang kuat masyarakat dan jika ada yang tidak melakukan atau menjaga hal tersebut akan mendapatkan sanksi dari masyarakat sekitar yang berupa celaan, gunjingan, dan lain - lain. Sedangkan,ciri utama dari solideritas mekanik adalah solideritas mekanik didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam hal kepercayaan, sentiment, dan lain - lain.
·         Implementasi teori modernitas Goerge Simmel terhadap kebudayaan masyarakat desa
Dalam masyarakat desa modernitas yang terjadi cenderung bersifat lambat Hal ini dikarenakan akses informasi yang cenderung lambat. Modernitas di desa merupakan modernitas yang berasal dari kota. Di mana apa yang menjadi modernitas di desa merupakan modernitas yang telah terjadi di masyarakat kota. Namun biasanya ketika masyarakat kota sudah mulai meninggalkan kebudayaan tersebut, masyarakat desa justru mulai cenderumerintis atau mengaplikasikan kebudayaan tersebut. Hal ini dikarenakan akses informasi yang cenderung lambat.

G.    Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiapmasyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti.
3. Perubahan pada lembaga sosial yang ada.
4. Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
5. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya saling berkaitan.
Pembangunan di masyarakat desa dan arus modernisasi juga membawa dampak perubahan sosial budaya di masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering mendengar adanya lembaga – lembaga tradisional dan lembaga – lembaga modern. Sejalan dengan itu ada pula “pola ajar tradisonal” dan “pola ajar modern”. Pola ajar tradisional mengajarkan cara – cara atau hal – hal yang kuranglebih samadengan yang telah dipraktekan oleh generasi berikutnya (ayah, kakek, nenek, orang tua dan sebagainya).
Pola ajar modern, mengajarkan suatu sikap mental yang tidak  hanyamengenal masa lalu tetapi juga mamapu menanggulangi masalah – masalah baru termasuk masalah-masalah yang belum terpikirkan pada saat sekarang. Sikap modern cendurung mencari cara - cara hidup yang lebih baik, menguntungkan / efisien dan lebih makmur. Lembaga pesantren  dalam kaitannya dengan pembangunan /modernisasi pedesaan.
Pesantren sebagai lembaga kemasyarakatan tradisional yang ketinggalan di belakang dalam perkembangan. Meskipun pesantren telah atau sedang memasuki dunia modern baik dalam arti melakukan pembaharuan diri maupun tokoh-tokohnya memulai komunikasi yang intensi dengan lembaga-lembaga yang berpusat di kota-kota dan bahkan dengan luar negeri, namun pengliatan orang akan pesantren masih tetap sebagai lambang pedesaan yang pada umumnya masih sangat bersifat tradisional.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Desa merupakan kesatuan wilayah yang berpenduduk, berpenghasilan, berpemerintahan sendiri dan beralokasi jauh dari pusat pemerintahan tingkat pusat. Tipologi desa dilihat dari Sistem Ikatan Kekerabatan, hamparan wilayah, pola pemukiman, mata pencaharian, dan pola perkembangannya.
Masyarakat desa ditinjau dari geogarfis  merupakan suatu wujud kenampakkan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure-unsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah yang lain.
Masyarakat desa dalam tinjauan sosiologis berbentuk diferensiasi sosial, stratifikasi sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial, solidaritas sosial, dan kontrol sosial. Sedangkan masyarakat desa dalam tinjauan antroplogi masyarakat desa masih memelihara nilai – nilai gotong royong, tolong – menolong, semangat kebersamaan, serta rasa kesatuan yang kuat masyarakat dan jika ada yang tidak melakukan atau menjaga hal tersebut akan mendapatkan sanksi dari masyarakat sekitar yang berupa celaan, gunjingan, dan lain - lain.
Pembangunan di masyarakat desa dan arus modernisasi juga membawa dampak perubahan sosial budaya di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto. 1977. Pengantar Geografi Desa. Yogyakarta : UP. Spring.
Bintarto. 1997. Interaksi Desa Kota. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Drs. Khairuddin H. 1992.  Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek Sosiologi,           Ekonomi dan Perencanaan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Drs.Jefta Leibo, SU. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : Andi Offset.
Sajogyo, Pujiwati Sajogyo. 1984. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Yogyakarta : UGM Press.
Susanto, Astrid S. 1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Binacipta.


0 Komentar:

Posting Komentar

cukup dengan saran saya akan sangat terkesan, :)