Minggu, 15 Februari 2015

MONITORING DAN EVALUASI EFEKTIFITAS SEKOLAH

0

A.    Latar Belakang
Indikator keberhasilan sekolah dalam menjalankan programnya dilihat dari kesesuaian proses dengan apa yang direncanakan, kesesuaian dalam pencapaian tujuan, penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya yang efektif dan efisien, serta kemampuan dalam memberikan jaminan terhadap kesesuaian proses dan pencapaian tujuan melalui satu mekanisme kendali yang harmonis dan melekat utuh dalam sistem.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) yang diselenggarakan tahun dimaksudkan sebagai suatu kegiatan penilaian dan observasi antara peraturan yang telah ditetapkan, serta untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dan kegiatan dengan perencanaan yang telah ditetapkan dalam Rencana.
Dalam pelaksanaan monev ini terbagi menjadi 3 (tiga) kategori. Kategori tersebut adalah pembinaan, pengendalian, dan pengawasan. Penetapan kategori ini didasarkan atas kondisi laporan hasil proses belajar mengajar yang disampaikan kepada pemerintah, dimana dari analisis laporan tersebut dapat diketahui program studi mana yang aktif, tidak lengkap, tidak aktif. Setiap program studi akan diberikan instrument monev sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan dan hasilnya  akan dievaluasi melalui penilaian kualitas program yang dilakukan dengan metode yang sesuai untuk meningkatkan kualitas operasional program dan kegiatan yang berkontribusi penting
Oleh sebab itu pelaksanaan monev dilakukan secara terintegratif dengan menyusun rencana sasaran, mendesain instrumen evaluasi, melakukan observasi di lapangan, kemudian menganalisis hasilnya, sehingga hasilnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang cerminan terhadap output kualitas operasional program, kegiatan, dan layanan, tetapi sekaligus juga untuk mengetahui apakah indikator keberhasilan program dan kegiatan sesuai dengan hasil yang diharapkan (outcome), termasuk evaluasi terhadap kinerja perguruan tinggi swasta dalam menyelenggarakan proses pendidikan, apakah telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

B.     Rumusan masalah
Sebagaimana latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas , maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi sekolah?
2.      Bagaimanakah tujuan monitoring dan evaluasi sekolah?
3.      Bagaimanakah kegunaan/fungsi monitoring dan evaluasi sekolah?
4.      Apasajakah komponen yang terdapat dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sekolah?
5.      Apasaja metode yang digunakan dalam pengumpulan data?
6.      Bagaimana pelaksanaan monitoring dan evaluasi di sekolah?

C.     Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian monitoring dan evaluasi sekolah
2.      Untuk mengetahui tujuan monitoring dan evaluasi sekolah
3.      Untuk mengetahui kegunaan/fungsi monitoring dan evaluasi sekolah
4.      Untuk mengetahui komponen yang terdapat dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sekolah
5.      Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pengumpulan data
6.      Untuk mengetahui pelaksanaan monitoring dan evaluasi di sekolah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Monioring dan Evaluasi (MONEV)
Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaiman mestinya sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaiman para pelaksana program itu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi.
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat”. (William N Dunn : 2000).

B.     Tujuan MONEV
Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program akan segera mempersiapkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bisa berupa biaya, waktu, personel, dan alat. Pelaksanaan program akan mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan, berapa lama waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian akan diketahui pula berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan, serta alat apa yang harus disediakan untuk melaksanakan program tersebut.
Evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan.
Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk:
1.      Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
2.      Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;
3.      Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;
4.      Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;
5.      Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan selama kegiatan;
6.       Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;
7.       Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai.

C.     Fungsi MONEV
Proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan sebuah atau beberapa program yang berkaitan dilakukan melalui proses evaluasi. Fungsi Pengawasan dalam kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi terutama kaitannya dengan kegiatan para pimpinan dalam tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1.      Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.      Membidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
3.      Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelainan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
4.      Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.
Evaluasi menurut Moh. Rifai (1986) sebagai kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan monitoring memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      Evaluasi sebagai pengukur kemajuan;
2.       Evaluasi sebagai alat perencanaan;
3.      Evaluasi sebagai alat perbaikan.
Dengan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa fungsi monitoring yang pokok adalah: mengukur hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan program dengan alat ukur rencana yang sudah dibuat dan disepakati; menganalisa semua hasil pemantauan (monitoring) untuk dijadikan bahan dalam mempertimbangkan keputusan serta usaha perbaikan dan penyempurnaan (Soewardji Lazaruth : 1994).

D.    Komponen Dalam MONEV
Manajemen sekolah sebagai sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait secara sistematis satu sama yang lain yaitu konteks, input, proses, output, dan outcame.
1.      Input
Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk  kelangsungan proses. Sesuatu yang dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi juga perangkat-prangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Secara garis besar, input dapat dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu harapan, sumberdaya dan input manjemen. Harapan-harapan berupa visi-misi, tujuan dan sasaran. Sumberdaya dibagi menjadi dua yaitu sumber daya manusia dan non manusia. Input manejemen terdiri atas tugas, rencana, program, regulasi (ketentuan-ketentuan, limitasi, prosedur kerja, dan sebagainya), dan pengendalian atau tindakan turun tangan.
2.      Proses
Proses adalah berubahnya seseuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalm manajemen sekolah sebagai sistem, proses terdiri proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, prosese evaluasi sekolah dan proses akuntabilitas. Dengan demikian fokus evaluasi pada proses adaah pemantauaan (monitoring) implementasi menejemen sekolah sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensiantara rancangan desain menejemen saekolah semula dan proses impementasi yang sebenarnya. Konsistensi antara rancangan dan proses pelaksanaan akan mendukung terciptanya sasaran sedangkan inkonsistensi akan menjurus kepada kegagalan manajemen sekolah. Dengan didapatkan informasi inkonsistensi tersebut, dapat dilakukan koreksi terhadap pelaksanaan.
3.      Output
Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan manajemen sekolah. Hasilnya nyata yang dimaksudkan dapat berupa prestasi akademik, dan prestasi non akademik. Fokus evaluasi output adalah mengevaluasi sejauh mana  sasaran yang diharapkan dicapai oleh manejemen sekolah. Dengan kata lain, sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesua dengan sasaran yang diharapkan. Tentunya makin besar kesuaiaan makin besar pula kesuksesannya manajemen sekolah.
4.      Outcome
Outcome adalah hasil manejemen sekolah jangka panjang berbeda dengan output yang hanya menyangkut menejemen sekolah sesaat jangka pendek. Oleh karena itu fokus evaluasi outcome adalah pada dampak meanajemen sekolah jangka panjang baik dampak individu, institusional dan sosial untuk melakukan eveluasi, pada umumnya di gunakan analisis biaya-manfaat. 
E.     Metode Pengumpulan Data  MONEV
1.      Dokumen
Dokumen adalah cara yang dilakukan untuk memperoleh data langsung, seperti buku-buku yang relevan, hasil belajar, laporan kegiatan, catatan guru dan lain sebagainya, yang dapat digunakan untuk data pendukung dalam kegiatan monitoring dan evaluasi.
2.      Wawancara
Wawancara adalah cara yang dilakukan bila monitoring ditujukan pada seseorang. Instrumen wawancara adalah pedoman wawancara. Wawancara itu ada dua macam, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
3.      Observasi
Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehigga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat. Semua kegiatan dan obyek yang ada serta kondisi penunjang yang ada mendapat perhatian secara langsung.

F.      Pelaksanaan  MONEV
Terdapat dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah yaitu internal dan eksternal.
1.      Internal
Monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Pada umumnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orang tua seiswa, guru bimbingan dan penyuluhan dan warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal adalah mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
2.      Eksternal
Monitoring dan evaluasi eksternal adalah mnitoring dan evaluasii yang dilaksanankan oleh pihak eksternal sekolah. Hasil monitoring evaluasi eksternal dapat digunakan untuk rewads siistem terhadap individu sekolah, meningkatkan kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik, memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membentu sekolah mengembangkan dirinya. 
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Langkah terakhir dalam prosedur peningkatan mutu adalah melaksanakan monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi ini, perbaikan dan penyempurnaan peningkatan mutu pada tahun berikutnya dilaksanakan. Untuk keperluan itu, kepala sekolah mengajak komite sekolah dan guru untuk menyusun suatu sistem dan mekanisme monitoring dan evaluasi.
Untuk melakukan Monev PBM kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tidak jarang melakukan observasi di ruang kelas. Disamping itu, juga diamati bagaimana data yang berkaitan dengan jumlah dalam pengerjaan PR. Berapa kali guru memberikan PR dan bagaiman kedisiplinan siswa mengerjakannya.
Untuk Monev manajemen dilakukan dengan meminta pendapat dan pandangan siswa dan orang tua siswa atas pelayanan yang diterima dari sekolah. Disamping itu, juga dilihat bagaimana sistem pengelolaan keuangan, khususnya administrasi keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Nanang Fattah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soekartawi, 1995. Monitoring dan evaluasi, proyek pendidikan. Jakarta : Pustaka Jaya

Zamroni. 2007. Meningkatkan MUTU Sekolah: Teori, Strategi dan Prosedur. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.

Sabtu, 14 Februari 2015

SOSIALISASI DALAM KELUARGA (Uraian Singkat)

0

Dalam suatu proses sosialisasi keluarga merupakan media pertama dan merupakan media utama ketika awal suatu proses sosialisasi. Hubungan awal yang terjadi adalah yang hubungan individu atau anak dengan orang tua serta saudaranya.
Si bayi atau anak ini akan sangat bergantung dan sangat memerlukan perlindungan serta bantuan dari anggota keluarga yang lain terutama orang tuanya sehingga di dalamnya akan terjadi proses sosial. Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yg diajarkan oleh lingkungan dalam keluarganya, seperti belajar makan, berbicara, berjalan, hingga belajar bertindak dan berperilaku.
Dalam proses sosialisasi ini orang tua akan berusaha mengajarkan norma-norma dalam masyarakat atau dengan memberikan teladan yang tentunya akan lebih dimengerti oleh si anak.
Oleh karena itu, orang tua sangat berperan untuk :
1.      selalu dekat dengan anak-anaknya,
2.      memberi pengawasan dan pengendalian yg wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan,
3.      mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk,pantas dan tidak pantas dan sebagainya,
4.      ibu dan ayah dapat membawakan peran sebagai orang tua yg baik serta menghindarkan perbuatan dan perlakuan buruk serta keliru di hadapan anak-anaknya,
5.      menasihati anak-anaknya jika melakukan kesalahan serta menunjukkan dan mengarahkan mereka ke jalan yg benar
Apabila terjadi suatu kondisi yg berlainan dengan hal di atas, maka anak-anak akan mengalami kekecewaan.kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya,terlalu sibuk dengan kepentingan-kepentingannya,sehingga anak merasa diabaikan,hubungan anak dengan orang tua menjadi jauh,padahal anak sangat memerlukan kasih saying mereka,
2. Orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak sehingga sang anak menjadi tertekan jiwanya.
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisai, yaitu dengan cara represif (repressive socialization) yg mengutamakan adanya ketaatan anak pada orang tua dan penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Serta cara partisipasi (participatory socialization) yg mengutamakan adanya partisipasi dari anak. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
1.      Sosialisasi represif (repressive socialization) antara lain:
a.       menghukum perilaku yg keliru,
b.      hukuman dan imbalan material
c.       kepatuhan anak.
2.      Sosialisasi partisipasi (participatory socialization) antara lain:
a.       Otonomi anak
b.      Komunikasi sebagai interaksi
c.       Komunikasi verbal.
Keseluruhan sistem belajar mengajar berbagai bentuk sosialisasi dalam keluarga bisa disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem pendidikan keluarga dilaksanakan melalui pola asuh yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anak. Pola ini tentu saja tidak dimaksudkan pola mengasuh anak yg dilakukan oleh perawat atau baby sitter, seperti yg sering dilakukan oleh kalangan keluarga elit/kaya di kota-kota besar.

Pola mengasuh anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh system nilai, norma, dan adat istiadat yg berlaku pada masyarakat tempat keluarga itu tinggal. Jadi, kepribadian dan pola perilaku yg terdapat pada berbagai masyarakat suku bangsa sangat beragam coraknya menyesuaikan dengan norma serta nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Rabu, 11 Februari 2015

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PADA MASA KOLONIAL, PASCA PROKLAMASI DAN PASCA REFORMASI (URAIAN SINGKAT)

9

Perubahan Sosial Budaya pada Masa Kolonial
Masa kolonial adalah masa awal penjajahan Indonesia. Pada masa kolonial Indonesia di datangi oleh beberapa negara diantaranya Portugis, Inggris, Jepang dan Belanda. Bangsa Portugis yang berkuasa didaerah Maluku menerapkan sistem imperalisme modern. Semboyan Gold, Gospel, Glory tetap dipegang teguh. Artinya mereka melakukan perjanjian dengan sistem ekonomi, agama, dan politik. Namun, karena kekurangan tenaga pegawai, maka Portugis hanya menduduki tempat-tempat yang strategis untuk perdagangan. Sisa pengaruh Portugis di Indonesia adalah :
1.      Agama Katolik yang disiarkan oleh Franciscus Xaverius dan Alfonso de castro memberikan pengaruh cukup luas di wilayah Asia.
2.      Di Maluku dan timor-timur serta Larantuka (Flores Timur) banyak penduduk yang mempergunakan nam-nama Portugis, seperti Parera, Monteiro, Fernandez, da Silva, da Lopes, Dona, Peransa dan Senyora.
3.      Banyak kata-kata yang berasal dari Bahasa Portugis masuk Perbendaharaan Bahasa Indonesia, seprti : lentera, bendera, laksaman, loteng, dan sinyo.
4.      Seni musik merupakan salah satu peninggalan yang berpengaruh cukup besar, seni musik keroncong merupakan pengaruh peninggalan yang telah meresap dan sampai sekarang masih banyak penggemarnya.
            Pada masa kolonial Inggris sistem sewa tanah yang diperkenalkan oleh Raffles membawa perubahan besar. Unsur-unsur paksaan diganti dengan unsur kebebasan, sukarela dan hubungan perjanjian atau kontrak. Dan dalam bidang sosial budaya, adat isitiadat yang telah berjalan secara turun temurun menjadi semakin longgar karena pengaruh budaya barat.
Keadaan bangsa Indonesia mulai banyak berubah sejak kedatangan bangsa-bangsa Belanda. Keadaan Indonesia banyak mengalami perubahan disegala  bidang kehidupan, termasuk bidang Sosial Budaya. Semenjak awak pembentukan pemerintahan kolonialismenya Belanda mulai mengadakan perubahan-perubahan politik dan ekonomi. Belanda membangun sitem birokrasi pemerintahan dan praktek sistem ekonomi baru. Akibat dari itu, maka timbul perubahan tata kehidupan sosial budaya dikalangan rakyat Indonesia. Setahap demi setahap Belanda melaksanakan tindakan tindakan untuk menghapus struktur adat penguasa pribumi.
Hal positif dari kebijakan pemerintah Jepang di bidang budaya yakni berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia. Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melaui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang).


Perubahan Sosial Budaya Pasca Proklamasi

A.    Perubahan Sosial Budaya yang terjadi pada Masa Proklamasi Kemerdekaan
1.      Kehidupan ekonomi
Pemerintahan mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri, antara lain dengan jalan mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika. Serta pemerintah mengadakan pinjaman luar negeri, membangun kembali pabrik-pabrik gula serta meningkatkan perdagangan.
2.      Kehidupan Sosial Budaya
Penghapusan tentang diskriminasi kelas sosial , dibukanya sekolah-sekolah untuk seluruh warga Negara Indonesia, mengadakan pendidikan diluar sekolah yaitu kursus-kursus, menggalakkan wajib belajar, bahasa Indonesia berkembang dengan pesat dan digunakan sebagai bahasa Nasional dan berkembangnya kesenian yaitu seni lukis, seni drama, film dan musik.
3.      Bidang Politik
Terjadi tiga revolusi yaitu :
a.       Revolusi dan Pembesihan
Orang-orang yang dianggap sebagai penghianat perjuangan dan harus dibedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. UUD yang belum sempurna demokratis  ditukar dengan UUD demokrasi yang sah.
b.      Revolusi dan Partai
Partai Revolusioner yang berideologi dan berteori lengkap dan rapi yang berorganisasi modern dan efisien diperlukan untuk memimpin revolusi, yaitu mengurus segala kekuatan masyarakat  yang dapat diperjuangkan, menetapkan strategi dan dan taktik perjuangan, membentuk dan mempergunakan segala dan senjata perjuangan.
Partai-partai ini harus partai kerakyatan yang revolusioner, dipimpin oleh orang-orang yang berpengetahuan tentang perjuangan revolusioner yang modern, yang berpengetahuan tentang perjuangan.
c.       Revolusi dan pemerintahan
Menghidupkan dan membangun dewan-dewan perwakilan rakyat dari desa sampai kepuncak pememrintahan. Dari pengalaman dan pengamatan kaum nasionalis umumnya dari kememrdekaan yang didapat oleh bangsa-bangsa jajahan secara kontitusional dari tiap penjajah, maka perlu diterngkan bahwa kememrdekaan yang diperjuangkan dan dipertahankan secara revolusioner lebih mengutamakan isi kemerdekaan daripada nama kemerdekaanya.


Perubahan Sosial Budaya pada Masa Pasca Reformasi.

Setelah masa pasca kemerdekaan, maka mulailah masa reformasi yang terjadi karena sistem otoritarian presiden kedua kita. Gerakan reformasi terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Reformasi merupakan suatu gerakan untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan terutama perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan hukum. Perubahan sosial dan budaya tersebut  meliputi:
1.   Bidang Ekonomi
Pasca reformasi 1998, terjadi perubahan yang cukup berarti dalam strategi pembangunan Indonesia. Pola sentralisasi, diperpendek ke pemerintah daerah dengan adanya pelaksanaan pembangunan secara desentralisasi dan otonom.
2.      Bidang Politik.
Pasca reformasi 1998, kondisi politik Indonesia mengalami pembaharuan yang cukup berarti baik dalam hal pengambilan kebijakan keikutserataan rakyat, pengawasan serta tingkat pengawasan masyarakat, evaluasi.
3.      Bidang sosial budaya
Pelaksanaan komunikasi politik yang semakin terbuka, memberikan beberapa prospek yang cukup baik dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
a.       Budaya feodalisme secara berangsur-angsur berubah ke arah demokrasi.
b.      Budaya masyarakat yang sebelumnya bersifat menunggu untuk diberi, beralih kepada budaya untuk mandiri dan memiliki etos dan produktivitas kerja srta bersikap kritis.
Secara garis besar, perubahan sosial budaya antara lain:
a.       Sistem teknologi.
Perkembangan sistem teknologi dan derasnya globalisasi mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri. Budaya Indonesia berganti dengan budaya yang identik dengan istilah westernisasi.
b.       Sistem mata pencarian hidup atau ekonomi.
. Proses globalisasi ini mencakup lintas bangsa yang di dukung oleh berkembangnya ideologi kapitalisme, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berkembangnya ekonomi liberal menghasilkan terciptanya pasar bebas.
c.       Munculnya organisasi-organisasi
Organisasi sosial dan organisasi masyarakat pada era ini aktor utamanya justru rakyat itu sendiri. Secara mandiri, rakyat telah mampu membentuk adanya sebuah organisasi.
d.      Pengetahuan dan Pendidikan.
Dengan ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang teknologi dan informasi saat ini dalam bidang pengetahuan dan pendidikan telah mencapai beberapa kemajuan.
e.       Religi
Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan dengan agama aslinya. Seperti Ahmadiyah, dll.
f.       Kesenian.

                          Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan.