A.
Latar Belakang
Manusia hidup sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lah
lepas dari sebuah interaksi. Manusia sebagai makhluk sosial sering melakukan
proses interaksi baik dilingkungan keluarga, msyarakat, kampus, bahkan juga
dalam sebuah organisasi. Kita sebagai mahasiswa tidak lah lepas dari kehidupan
organisasi, sering kita lihat bahwa di kampus kita memiliki banyak macam
organisasi yang bisa kita ikuti. Seperti halnya yang dimaksud dengan organisasi
menurut Mc. Farland, organisasi yakni
suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap
tercapainya suatu tujuan. Dalam sebuah organisasi tentunya kita perlukan sebuah
proses interaksi yang baik. Tanpa adanya proses interaksi yang baik maka
hal-hal yang kurang mengenakan hatipun bisa terjadi. Kesalahpahaman dan
percekcokan sering terjadi karena proses interaksi yang kurang berjalan dengan
baik. Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik, dapat juga menimbulkan
rusaknya kondisi suatu organisasi seperti rendahnya kepuasan dalam
berorganisasi.
Ketidakpuasan sebuah
organisasi dapat ditunjukan dalam beberapa perilaku seseorang seperti kurangnya
partisipasi seorang dalam berorganisasi misalnya seseorang jarang datang ketika
diundang rapat. Perilaku lain juga dapat ditunjukkan dengan perilaku pemogokan
kerja, perlambanan kerja, bahkan juga pergantian anggota. Hal-hal tersebut bisa
diakibatkan karena kurang selektifnya seorang pemimpin dalam menerima
anggotanya sehingga menghasilkan kualitas produk yang rendah, kurang disiplin,
dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketidak puasan seseorang
dalam berorganisasi. Kepuasan kerja ini sangatlah penting untuk diperhatikan
kepuasan kerja merupakan tolok ukur sebuah organisasi apakah organisasi itu
dapat dikelola dengan baik, dan menghasilkan output yang baik pula.
B.
Rumusan
Masalah
1. Pengertian
kepuasan kerja
2. Hubungan
prestasi dan kepuasan kerja
3. Pentingnya
kepuasan kerja
4. Faktor
pendorong kepuasan kerja
5. Pengaruh
kepuasan kerja terhadap kinerja
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian kepuasan kerja
2. Mengetahui
hubungan prestasi dan kepuasan kerja
3. Mengetahui
pentingnya kepuasan kerja
4. Mengetahui
faktor pendorong kepuasan kerja
5. Mengetahui
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja atau jog satisfaction adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi
atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari
perusahaan/organisasi dengan nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh
karyawan yang bersangkutan, baik yang berupa “financial” maupun yang berupa
”non-financial”.
Kepuasan kerja
merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh Kreitner &
Kinicki, bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional
terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian bahwa
kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif
puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau
beberapa aspek lainnya.
Kepuasan kerja lebih
mengacu kepada sikap dari pegawai yang memandang mengenai menyenangkan atu
tidakntya pekerjaan yang mereka jalani. Ada perbedaan penting antara perasaan
ini dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Apabila pegawai bergabung
dalam suatu organisasi, maka ia membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan,
hasrat, dan pengalaman masa lalu yang menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan
kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbuldan imbalan
yang disediakan pekerjaan , jadi kepuasan kerja juga berkaitan dengan teori
keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi.
Pendapat Locke (1976)
kepuasan pekerjaan adalah suatu pernyataan emosional atau pernyataan terhadap
kesenangan yang dinilai dari pekerjaan seseorang atau pengalaman dalam bekerja.
Kepuasan kerja berarti suatu keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi
kebutuhan yang penting dengan bekerja
dalam organisasi. Sekalipun kepuasan kerja adalah gambaran dari sikap seseorang
terhadap pekerjaannya, namun tetap bisa diukur.
Sedangkan pendapat dari
Wexley dan Yukl (1977) mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa
kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak
menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi
dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain,
penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan
yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan,
kemampuan dan pendidikan.
Dari sekumpulan
pengertian kepuasan kerja, inti sarinya adalah bahwa kepuasan kerja adalah
tingkat perasaan (emosional) pegawai mengenai kesenang maupun ketidaksenangan
pegawai dengan pekerjaannya maupun hasil dari pekerjaannya, yang ditinjau dari
berbagai aspek yang kesemuanya itu relative atau tergantung dari penyikapan si
individu.
- Hubungan
Prestasi dan Kepuasan Kerja
Terkadang
atau bahkan kebanyakan manajer mengasumsikan bahwa kepuasan kerja yang tinggi
akan selalu menimbulkan prestasi yang tinggi, tetapi asumsi ini tidak benar.
Karyawan yang puas boleh jadi adalah karyawan yang berproduksi tinggi, sedang,
atau rendah, dan mereka akan cenderung meneruskan tingkat prestasi yang
menimbulkan kepuasan bagi merekakepuasan kerja yang tinggi itu justru timbul
karena adanya prestasi kerja yang tinggi.
Prestasi
dapat dikatakan mendorong terjadinya kepuasan kerja jika prestasi tersebut
menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis, dan psikologis yang lebih tinggi.
Apabila imbalan itu dipandang pantas dan adil, maka timbul kepuasan yang lebih
besar karena pegawai merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan
prestasinya. Sebaliknya, apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat
prestasinya, cenderung timbul ketidakpuasan. Dalam hal apapun, tingkat kepuasan
seseorang dapat menimbulkan keikatan lebih besar atau dapat pula menimbulkan
keikatan lebih kecil yang kemudian mempengaruhi upaya dan akhirnya prestasi.
Akibatnya adalah terdapatnya garis hubungan yang terus menerus antara prestasi,
upaya, dan kepuasan kerja.
- Pentingnya
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah hal yang sangat
penting dalam suatu organisasi, karena hal tersebut sangat berkaitan erat
dengan faktor utama organisasi yaitu pegawai. Inilah beberapa pemaparan
menvgenai pentingnya kepuasan kerja :
a.
Tingkat kepuasan kerja, akan
mempengaruhi harapan kerja dari suatu kelompok tertentu.
b. Pergantian,
Rotasi/Mutasi Pegawai (Turnover), kepuasan kerja yang lebih tinggi berkaitan
dengan rendahnya tingkat pergantian pegawai, yaitu proporsi pegawai yang
meninggalkan organisasi. Para pegawai yang lebih puas kemungkinan besar lebih
lama bertahan dengan majikan atau atasan mereka. Pergantian pegawai cukup merugikan. Disamping kerugian
langsung dan tidak langsung bagi organisasi untuk mengganti karyawan, para
pegawai yang tetap tinggal mungkin akan merasa tidak puas karena harus berpisah
dengan rekan kerja yang bernilai dan timbulnya gangguan terhadap pola sosial
yang telah dibina selama ini.
c.
Pemangkiran (Absence), menunjukan bahwa
para pegawai yang kurang puas cenderung lebih sering mangkir.
d.
Pencurian, meski pun banyak sebab
seorang pegawai melakukan perbuatan ini, beberapa pegawai mencuri karena mereka
putus asa atas perlakuan organisasi yang dipandang tidak adil. Menurut pegawai
hal tersebut dapat dibenarkan sebagai cara pembalasan atas perlakuan tidak adil
yang mereka terima.
- Faktor
Pendorong Kepuasan Kerja
Faktor-faktor pendorong kepuasan kerja
menurut Gilmer (1966) :
a.
Kesempatan untuk maju
Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
b.
Keamanan kerja
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.
c.
Gaji
Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d.
Perusahaan dan manajemen
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.
e.
Pengawasan (Supervise)
Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over.
Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over.
f.
Faktor
intrinsik dari pekerjaan
Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
g.
Kondisi kerja
Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.
Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.
h.
Aspek sosial dalam pekerjaan
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja.
i.
Komunikasi
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
j.
Fasilitas
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Sedangkan
menurut Levi Nilawati adalah :
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya
suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
- Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau
menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap
sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
- Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang
berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan
pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
- Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama
bekerja.
- Gaji/Upah(Pay),
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak.
- Pengaruh
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
1. Terhadap Produktivitas
Orang
berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikkan dengan meningkatkan kepuasan
kerja. Kepuasan kerja mungkin merpakan akibat dari produktivitas atau
sebaliknya. Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan
kerja hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa apa yang telah dicapai
perusahaan sesuai dengan apa yang mereka terima (gaji/upah) yaitu adil dan
wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul. Dengan kata lain
bahwa performansi kerja menunjukkan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja,
karena perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat
keberhasilan yang diharapkan.
2. Ketidakhadiran
(Absenteisme)
Menurut Porter
dan Steers, ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan
ketidakpuasan kerja. Tidak adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan
ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam perilaku hadir yaitu motivasi untuk
hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sementara itu
menurut Wibowo (2007:312) antara kepuasan dan ketidakhadiran/kemangkiran
menunjukkan korelasi negatif. Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit
atau cuti kerja dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja
yang sangat puas.
3. Keluarnya
Pekerja (Turnover)
Sedangkan
berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat ekonomis yang besar, maka
besar kemungkinannya berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Menurut Robbins
(1998), ketidakpuasan kerja pada pekerja dapat diungkapkan dalam berbagai cara
misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan, mengeluh, membangkang, mencuri
barang milik perusahaan/organisasi, menghindari sebagian tanggung jawab
pekerjaan mereka dan lainnya.
4. Respon terhadap
Ketidakpuasan Kerja
Ada empat cara
tenaga kerja mengungkapkan ketidakpuasan Robbins (2003):
a. Keluar (Exit)
yaitu meninggalkan pekerjaan termasuk mencari pekerjaan lain.
b. Menyuarakan (Voice)
yaitu memberikan saran perbaikan dan mendiskusikan masalah dengan atasan untuk
memperbaiki kondisi.
c. Mengabaikan (Neglect)
yaitu sikap dengan membiarkan keadaan menjadi lebih buruk seperti sering absen
atau semakin sering membuat kesalahan.
d. Kesetiaan (loyality)
yaitu menunggu secara pasif samapi kondisi menjadi lebih baik termasuk membela
perusahaan terhadap kritik dari luar.
Dari berbagai faktor
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu organisasi haruslah ada
suatu keseimbangan atau timbale balik anatar pegawai dengan organisasi,
sehingga akan timbul keserasian yang menguntungkan kedua belah pihak. Agar
keserasian tersebut pun terjaga maka diperlukan suatu keteraturan dalam
menjalankan organisasi.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kepuasan kerja adalah
tingkat perasaan (emosional) pegawai mengenai kesenang maupun ketidaksenangan
pegawai dengan pekerjaannya maupun hasil dari pekerjaannya, yang ditinjau dari
berbagai aspek yang kesemuanya itu relative atau tergantung dari penyikapan si
individu. Suatu kepuasan kerja tidak selalu berhubungan dengan prestasi, namun
prestasi akan mendorong suatu kepuasan kerja dari pegawai karena profit lain
yang akan didapatkan pegawai dari prestasi tersebut baik profit ekonomi,
sosiologis, dan psikologis. Kepuasan kerja pun akan sangat mempengaruhi
perilaku atau sikap pegawai dalam bekerja. Serta dalam kepuasan kerja tersebut
pun memiliki berbagai faktor yang mempengaruhinya, yang pada akhirnya pun akan
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Keith
Davis , John W.Newstrom. Perilaku Dalam
Organisasi. Jakarta: Erlangga. 1985
Roziqin,
M.Z. Kepuasan Kerja. Malang: Averroes
Press. 2010
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2009. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo
Martoyo, Susilo. 1992. Manajemen Sumberdaya Manusia.
Yogyakarta: Badan Pengembangan Fakultas Ekonomi Yogyakarta (BPFE)
www.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja diakses pada 20 Oktober 2012
0 Komentar:
Posting Komentar
cukup dengan saran saya akan sangat terkesan, :)